Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Trisno, Penggagas Desa Menari Dusun Tanon

Trisno, Penggagas Desa Menari Dusun Tanon

Menjadi seorang sarjana pertama kali dari kampungnya tidak membuat Trisno lupa diri. Alih-alih bekerja di perusahaan besar, dia lebih memilih kembali ke kampungnya yang miskin.

Bahkan niat kembali ke kampung setelah lulus kuliah sudah ada semenjak masih kuliah di Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tahun 2003. Keinginan untuk pulang kampung tersebut karena didasari keinginan untuk mengubah kondisi kampungnya menjadi lebih baik. 

Trisno lahir pada tanggal 21 Oktober 1981 di Dusun Tanon, Desa Ngrawan, kecamatan Getasan, kabupaten Semarang. Selama ini kampung halaman Trisno dikenal dengan kampung miskin karena masyakatnya banyak yang hanya lulusan SD dengan penghasilan yang kecil. Bahkan banyak warga dari kampung lain yang melarang anak-anak mereka menikah dengan warga kampungnya karena takut akan menjadi miskin juga.

Masyarakat di kampung Trisno kebanyakan bekerja sebagai peternak sapi perah dan petani. Sehingga pada awal dia kembali ke kampung pada tahun 2006/20007, dia memutuskan mengelola peternakan sapi. Terkumpul 72 orang dari dua kecamatan yang mau bersama-sama mengelola peternakan sapi tersebut. Dan, peternakan ini pun sangat berhasil karena bisa menghimpun dana sebesar 5,8 milyar.

Dari segi pengembangan dana Trisno memang berhasil. Namun, hal itu tidak membuatnya berpuas diri, karena dari segi masyarakatnya tidak mau berkembang. "Setelah uang bertambah kemudian diambil, ya sudah begitu saja. Tidak ada keinginan untuk lebih berkembang lagi,"ujar Trisno.

Akhirnya Trisno berinisiatif untuk mengembangkan masyarakat kampung ke arah yang lebih spesifik. Salah satu caranya adalah dengan mengerucutkan kawasan pengembangannya, yang semula dua kecamatan menjadi satu dusun kelahirannya saja yaitu Dusun Tanon.

Trisno, Penggagas Desa Menari Dusun Tanon

Trisno berniat membangun Dusun Tanon menjadi desa wisata. Niatnya ini karena dusun Tanon terletak di kaki gunung Telomoyo memiliki pemandangan yang indah dengan suhu yang sejuk khas pegunungan. 

Meskipun terletak di kaki gunung, letak Dusun Tanon cukup strategis. Sehingga mudah dijangkau oleh siapa saja yang ingin berkunjung ke dusun ini.

Kendala yang dihadapi pertama kali oleh Trisno dalam membangun desa wisata adalah masyarakatnya yang pesimis, jika desa wisata ini akan mampu mengangkat perekonomian warga kampung. Untuk itu secara perlahan Trisno terus berusaha memberikan bukti kepada warga dusunnya bawasannya desa wisata ini akan berhasil nantinya. 

Supaya mudah diingat Trisno memberi sebutan Dusun Tanon dengan "Desa Menari", yang merupakan akronim dari Menebar Harmoni, Merajut Inspirasi dan Menuai Memori.

Kenapa memilih nama Desa Menari?

"Masyarakat dusun Tanon sejak dulu sudah terkenal dengan ahli penabuh gamelan atau biasa disebut niyaga. Dan juga ahli dalam seni Tari,"ujar Trisno.

Tari Lembu Tanon merupakan tarian khas dari dusun Tanon. Tarian ini menceritakan tentang kegiatan masyarakat setiap harinya dalam mengelola peternakkan.

Trisno, Penggagas Desa Menari Dusun Tanon

Menerapkan Outbond Ndeso Desa Menari

Untuk mengembangkan Desa Menari, Trisno mengenalkan konsep Outbond Ndeso untuk para pengunjung. Tentu saja dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Outbond ini dilakukan dengan cara pengunjung membaur dalam kegiatan sehari-hari masyarakat. Jadi, masyarakat tetap bisa beraktifitas seperti biasanya, namun ada yang menemani yaitu pengunjung.

Sebagai langkah awal, Trisno mengandeng beberapa sekolah di Solo dan Semarang tempat dulu dia pernah memberikan bimbingan kegiatan di alam. Sekolah-sekolah tersebut diajak untuk melakukan Outbond di desanya.

Semakin hari Desa Wisata semakin berkembang dan masyarakat pun mulai percaya dan mau berperan serta dalam memajukan Desa Menari.

Saat ini setiap pengunjung di Desa Menari akan menikmati pertunjukan kesenian dari warga desa seperti Kuda Kiprok, Tari Topeng Ayu, Kuda Debog, Warok Kreasi dan kesenian lalainnya.

Tak kalah seru dengan pertunjukan Tari, pengunjung juga akan diperkenalkan permainan anak desa yang sudah dimainkan sejak zaman dulu, seperti permainan gobak sodor, petak umpet dan permainan tempo dulu lainnya.

Pengunjung juga diperlihatkan bagaimana cara mengurus peternakan dan pertanian. Seperti proses penyebaran benih, perawatan hingga pemanenan. Sehingga pengunjung mengetahui bagaimana proses makanan dari bibit sampai siap dimasak.

Bagi yang mempunyai waktu luang, pengunjung juga bisa menginap satu atau dua hari di rumah warga kampung. Sehingga pengunjung mendapat pengalamanan bagaimana kehidupan di desa.

Bagi yang suka berfoto, jangan khawatir karena Desa Menari mempunyai keindahan alam yang sangat cantik. Banyak lokasi yang instagramable di sana. Jadi, pengunjung bisa puas berswafoto.

Kerja keras Trisno dalam mengembangkan masyarakat dan dusunnya menjadi desa wisata yang berbasis budaya dan ekonomi kreatif diapresiasi oleh PT Astra Internasional Tbk. 

Trisno terpilih menjadi salah satu pemenang apresiasi Semangat Astra Terpadu untuk Indonesia (SATU Indonesia) Awards bidang lingkungan pada tahun 2015.

Bahkan pada tahun 2016, Desa Menari Dusun Tanon masuk kategori Kampung Berseri Astra (KBA) yang pertama kali di Jawa Tengah.

Saat ini Dusun Tanon sudah sangat berkembang. Setiap tahunnya pengunjung yang datang mencapai 3000 orang. Selain itu, masyarakatnya juga makin berkembang. Yang dulunya banyak yang hanya lulus SD, saat ini sudah banyak yang lulus SMP dan SMA, bahkan sudah ada yang kuliah. 

Melihat perjuangan Trisno berhasil mengembangkan dusunnya tentunya kita ikut bahagia dan berharap banyak Trisno-Trisno lain di negeri ini yang peduli dengan kampungnya. Kita pun bisa membantu menciptakan Trisno yang lain di kampung kita dengan ikut mendukung kegiatan positif pemuda di desa kita masing-masing. 


Posting Komentar untuk "Kisah Trisno, Penggagas Desa Menari Dusun Tanon"