Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Arti Resesi, Penyebab dan Cara Terbaik Menghadapinya

Arti Resesi, Penyebab dan Cara Terbaik Menghadapinya

Arti Resesi, Penyebab dan Cara Terbaik Menghadapinya - Hai teman-teman, November sudah memasuki akhir bulan dan sebentar lagi masuk tahun baru. Tidak terasa ya waktu begitu cepat berlalu.

Ngomong-ngomong soal tahun baru, tentu sudah pada tahun isu yang berkembang tentang  apa yang akan terjadi tahun depan. Yups, benar sekali isu tentang resesi yang diperkirakan terjadi tahun depan sudah membayangi kita. 

Sebelum membahas lebih lanjut tentang kemungkinan terjadi resesi tahun depan, ada baiknya kita tahu terlebih dahulu tentang apa itu resesi.

Arti Resesi

Menurut Wikipedia, resesi atau kemerosotan adalah kondisi ketika produk domestik bruto (GDP) menurun atau ketika pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal.

Resesi yang saat ini ramai diperbincangkan di berbagai media massa mungkin saja akan terjadi. Hal ini seperti dikutip dari CNBC Indonesia, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, SE. MSc. PhD menjelaskan secara berulang kali bahwa kondisi ekonomi global tidak sedang baik-baik saja. 

Kondisi ekonomi global tersebut seolah menjadi hantu karena akibatnya akan mengarah ke resesi ekonomi dunia. Tentu saja ini termasuk negara Indonesia. Yang menjadi pertanyaan mampukah Indonesia bertahan, jika resesi benar-benar terjadi tahun 2023.

Penyebab Resesi Ekonomi 

Arti Resesi, Penyebab dan Cara Terbaik Menghadapinya

Ada masalah pasti ada akar masalahnya. Begitu juga dengan resesi ekonomi terjadi tentu bukan tanpa sebab. Berikut ini beberapa penyebab resesi:

1. Terjadi Deflasi secara berlebihan 

Deflasi adalah suatu kondisi di mana harga barang dan jasa mengalami penurunan secara terus menerus, yang berakibat pada penurunan upah yang dibayarkan.

Bayangkan saja, jika sebagian besar masyarakat menunda untuk melakukan pembelian barang atau jasa dari waktu ke waktu. Yang ada produsen atau pemilik usaha secara perlahan mengurangi produksi karena pembelian menurun. Dalam masa menunggu daya beli masyarakat kembali naik tersebut pasti para pengusaha berusaha bertahan meskipun tidak seimbang antara pendapatan dan pengeluaran. 

Hal ini pernah saya alami beberapa waktu lalu, kebetulan saya usaha jamur krispy. Beberapa bulan lalu harga minyak naik dratis hingga 80%. Merupakan dilema bagi para produsen untuk menaikkan harga, karena kalau harga produk naik, pembelian pasti turun. Tidak dinaikkan kita nggak dapat apa-apa, cederung rugi malah. Tetapi, saya berusaha bertahan dengan menaikkan sedikit harga sambil menunggu harga minyak stabil.

Namun, jika produsen diminta menunggu terlalu lama hingga penjualan naik, tentu pengusaha akan memilih menutup usahanya yang terus merugi tersebut. Kondisi seperti ini tentu akan merusak kondisi ekonomi yang ada.

2. Inflasi

Inflasi adalah naiknya harga barang dan jasa secara terus menerus. Dengan kenaikan harga tersebut membuat daya beli masyarakat menurun. Dan, tentu saja akan diikuti penurunan jumlah produksi

Jika hal ini terjadi secara terus menerus tentu akan berakibat pada pengurangan tenaga kerja atau PHK secara masal, kemiskinan dan yang paling parah adalah resesi.

3. Nilai Impor lebih besar dari ekspor

Jika suatu negara lebih banyak mengimpor barang dari pada ekspor, tentu akan berakibat pada penurunan pendapatan nasional.

4. Perkembangan teknologi

Resesi bukan hanya disebabkan oleh masalah ekonomi saja. Tetapi juga bisa disebabkan oleh kemajuan teknologi. Karena perkembangan teknologi yang demikian pesat, banyak pekerjaan yang sebelumnya dilakukan oleh tenaga kerja, saat ini dilakukan oleh mesin atau robot.

Jika, semakin sedikit lapangan pekerjaan, tentu jumlah pengangguran akan bertambah banyak. Dengan banyaknya pengangguran akan menimbulkan banyak masalah lainnya, seperti kejahatan, ekonomi.

5. Terjadi ketidakseimbangan antara produksi dan konsumsi 

Jika pengusaha menciptakan produk barang dan jasa secara berlebihan ditengah menurunnya daya beli masyarakat, tentu akan berakibat pada banyaknya stok yang tersedia. Dan, posisi ini tentu akan sangat berbahaya bagi pengusaha.

Hal ini akan memicu terjadi impor secara berlebihan dan tentu akan berakibat pada naiknya biaya perusahaan dan menurunnya laba perusahaan. 

Sementara itu mantan Wakil Presiden, Bapak Yusuf Kalla yang merupakan seorang pengusahaa pendiri Kalla Grup menanggapi resesi yang menjadi perbincangan hangat diberbagai tempat langsung menelpon menteri keuangan Sri Mulyani.

"Saya bilang pada Sri Mulyani jangat takut-takuti orang tahun depan akan kiamat (krisis ekonomi). Saya telepon jangan begitu, jangan kasih takut semua orang,"tegasnya dalam petingatan HUT ke-70 Kalla Group beberapa waktu lalu.

Saya sependapat dengan bapak Yusuf Kalla, bawasannya resesi belum tentu terjadi tahun depan. Tapi, dengan seringnya orang yang mendengar tentang resesi, maka orang-orang akan takut untuk melangkah.

Bagi yang lahir sebelum tahun 80-an atau sebelumnya, tentu pernah merasakan sulitnya hidup sewaktu krisis moneter tahun 1997/1998 lalu. Pada kenyataannya kita mampu bertahan hingga hari ini.

Belum lagi pandemi yang belum berakhir, hingga saat ini kita masih dibayang-banyangi dengan penyakit Covid-19. Dan, saat ini kita sudah dibayangi resesi ekonomi.

Daripada memikirkan kejadian yang belum tentu terjadi, ada baiknya kita berpikir position saja. Jalani yang ada saat ini saja. Namun, bukan berarti kita mengabaikan begitu saja tentang resesi yang mungkin terjadi tahun depan. Untuk itu kita perlu melakukan persiapan, supaya saat masa itu datang, kita mampu melewatinya.

Cara Menghadapi Resesi

1. Lunasi hutang yang ada

Dari pandemi kita bisa belajar banyak hal, tentang apa itu arti uang. Jadi, bisa dibayangkan jika terjadi resesi dan kita masih harus membayar hutang, betapa semakin beratnya beban hidup.

Jadi, mulai saat ini jika ada kemampuan segera lunasi hutang yang ada. Dan, jika tidak mempunyai hutang, jangan melakukan pinjaman lagi. Karena, hidup akan lebih tenang jika tanpa hutang.

2. Mencari tambahan penghasilan 

Segala sesuatu bisa saja terjadi kapan saja. Yang bekerja bisa saja berhenti dari pekerjaan, yang sehat bisa saja sakit. 

Untuk menghadapi segala kemungkinan yang bisa terjadi tahun depan, kita bisa mencari tambahan penghasilan. Hal ini berguna supaya kondisi finansial kita tetap terjaga, saat terjadi sesuatu.

3. Jangan Boros atau lebih berhemat

Berhemat merupakan salah satu solusi yang terbaik untuk menghadapi situasi yang tidak menentu ini. Misalnya yang terbiasa rekreasi setiap minggu, bisa dikurangi menjadi satu bulan sekali. Ini dilakukan supaya kita mempunyai dana lebih, jika nanti terjadi resesi. Jika tidak terjadi pun, tentu uang simpanan kita makin bertambah karena kita berhemat.

4. Investasi atau menabung

Cara lain untuk menghadapi resesi adalah dengan investasi dan menabung. Dengan dua cara ini membantu kita, jika terjadi sesuatu pada finansial kita. 

Itu tadi arti Resesi, Penyebab dan Cara Terbaik Menghadapinya. Kita semua tentu tidak berharap akan terjadi resesi tahun depan. Tapi, jikalau pun terjadi tetaplah semangat. Ini hanya sekedar fase kita melewati kehidupan. Hanya sebentar dan semua akan kembali seperti sebelumnya. 



Referensi

https://www.bfi.co.id/id/blog/resesi-adalah-pengertian-penyebab-dampak-dan-cara-menghadapinya

https://www.google.com/amp/s/www.cnbcindonesia.com/news/20221102094448-4-384421/data-fakta-terkini-ekonomi-indonesia-resesi-atau-tidak/amp


14 komentar untuk "Arti Resesi, Penyebab dan Cara Terbaik Menghadapinya"

  1. Semoga Allah selalu memudahkan urusan kita, termasuk dalam menghadapi resesi. Yakin kita mampu bertahan, gaes.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Insya Allah diberi kemampuan untuk bertahan.

      Hapus
  2. Mantap banget penjelasannya, tapi cari tambahan pendapatan ini masih bingung carinya gimana. Sekarang aja kerasa banget omset makin menukik kebawah. :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa dengan menulis artikel, yang sesuai kemampuan masing-masing saja.

      Hapus
  3. Saya setiap membaca kata resesi, langsung teringat lagu dangdut, hihihi. Semoga yang dikhawatirkan tidak terjadi ya, Kak. Poin menghadapi resesi jadi ngingetin untuk lebih bijak mengatur keuangan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak dibuat joget saja, belum juga terjadi sudah pada heboh sendiri. Langkah pertama adalah bijak mengatur keuangan. Jikalau tidak terjadi resesi, kita punya simpanan uang.

      Hapus
  4. naah...menarik ini memperbanyak kran penghasilan agar cash flow tetap stabil. Yuu semangat mencari peluang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semangat para pejuang cuan, apa pun kondisinya Insya Allah diberi kemudahan untuk mengatasi kesulitan.

      Hapus
  5. Sebelum resesi global yang katanya akan terjadi 2023, kondisi saat ini juga sudah lumayan serba susah. Omset menurun drastis sedang mencari tambahan penghasilan tak semudah itu. Hanya bisa berdoa semoga kita semua mampu melewatinya. Aaamiin..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin Mbak. Semoga kita semua diberi kemampuan untuk melewati semua masalah.

      Hapus
  6. Kabar resesi ini memang bikin was-was, tapi jangan sampe awas hihi. Mulai kudu pinter manajemen keuangan, yang terpenting sih mengutamakan kebutuhan dan anti ngutang wkwk. Aku takut banget ngutang karena memang takut ga bisa bayarnya. Jadi mending nabung dulu untuk jaga-jaga.

    BalasHapus
  7. sedih sih harus mengalami resesi, tapi bikin manusia jadi lebih waspada aja ya :) meski ya rejeki sudah digariskan :) tapi kan tetap harus diusahakan :)

    BalasHapus
  8. Nah soal menabung ini nih kak aku masih ragu, kita nabungnya gimana yaah? Kalau di bank takut kena likuidasi pas resesi, kalo di rumah ngga aman juga hikss jadi instrumen apa yaa yang tepat untuk digunakan sebagai tabungan?

    BalasHapus
  9. Resesi perlu antisipasi bersama, menjaga gaya hidup biar ga gengsi-gengsian yang bisa menyebabkan jadi boros. Semoga bangsa kita bisa tetap kuat menghadapi resesi jika benar terjadi, sebagaimana keberhasilan menghadapi resesi tahun-tahun lalu

    BalasHapus